Rabu, 08 Januari 2014

tugas 21




Pemerintah tetapkan harga beli kedelai di petani Rp 7.500 per kg



Merdeka.com - Pemerintah menetapkan harga beli kedelai di tingkat petani (HBP) sebesar Rp 7.500 per kilogram untuk periode Januari-Maret 2014. Ini naik Rp 1.000 ketimbang HBP sebesar Rp 7.400 per kilogram pada Oktober-Desember 2013.
Penetapan HBP baru itu didasarkan pada Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 84/M-DAG/PER/12/2013 yang terbit 31 Desember lalu.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan berharap penaikan HBP ini bisa mendorong petani untuk meningkatkan produksi kedelainya. Dengan demikian, impor kedelai bisa ditekan.
Saat ini, sekitar 70 persen kebutuhan kedelai nasional berasal dari impor.
"HBP Kedelai merupakan harga acuan pembelian kedelai di tingkat petani yang ditetapkan setiap tiga bulan," ucap Gita dalam siaran persnya, Rabu (8/1).
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Srie Agustina menambahkan penaikan HBP tersebut berdasarkan sejumlah pertimbangan. Diantaranya, penaikan jumlah dan harga benih, jumlah dan harga pupuk, serta produktivitas kedelai per hektar.
"Dengan kebijakan harga pembelian kedelai kepada petani saat ini, semangat para petani kita untuk menanam kedelai akan tetap terpelihara, yang pada gilirannya akan dapat menstimulasi peningkatan produktivitas tanaman kedelai," katanya.
Diungkapkanya, produksi kedelai terus meningkat sejak HBP Kedelai ditetapkan pertama kali pada periode Juli-September 2013 sebesar Rp 7 ribu per kilogram.
Ini diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa produktivitas tanaman kedelai nasional pada periode September-Desember 2013 sebesar 15,69 Ku/Ha. Naik 15,8 persen dibandingkan produktivitas periode Mei-Agustus 2013 yang sebesar 13,55 Ku/Ha.
[yud]
Analisa saya menurut saya saya setuju dengan meningkatkan harga jual kedelai, karena  dengan meningkatnya harga akan membuat petani meningkatkan produksi nya .

http://www.merdeka.com/uang/pemerintah-tetapkan-harga-beli-kedelai-di-petani-rp-7500-per-kg.html

Rabu, 01 Januari 2014

tulisan ke 14



Jakarta -Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menggenjot kinerjanya melalui berbagai cara. Salah satunya dengan meningkatkan jumlah investor saham di pasar modal.

Direktur Utama BEI Ito Warsito berambisi bisa menggaet jumlah investor saham hingga 2 juta orang. Namun, Ito tidak menyebutkan target tersebut bisa dicapai dalam waktu berapa lama.

"Pokoknya mimpi bisa dapat 2 juta investor. Itu untuk investor saham saja, namanya mimpi ya sampai tercapai," kata saat acara konferensi pers Akhir Tahun 2013 dan Penutupan Perdagangan 2013 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (30/12/2013).

Ito menyebutkan, saat ini jumlah investor di pasar modal baru mencapai 408.011 investor per 26 Desember 2013 atau naik 13,54% dari tahun sebelumnya yang hanya 259.354 investor.

"Itu jumlah seluruh investor di pasar modal baik yang saham, reksa dana, obligasi," kata Ito.

Untuk mencapai target investor, Ito mengatakan, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi di seluruh kalangan masyarakat terutama mahasiswa yang punya potensi tinggi.

"Tak ada cara lain selain sosialisasi dan edukasi," tandasnya.
Analisa menurut saya adalah hal ini baik bagi negara.Apabila tingkat investasi tinggi maka modal perusahaan tinggi sehingga dapat meningkatkan produk yang di hasilkan.Sehingga laba yang di hasilkan perusahaan meningkat sehingga .Hal ini dapat meningkatkan pendapatan negara.

tugas 4

Tugas 4 Kerangka karangan .
Topik :Informasi
Tema  :Informasi yang didapat apakah sesuai oleh umur masyarakat

1.Pengantar Mengenai Informasi
   1.1Pengertian Informasi
   1.2Cara memperoleh Informasi
       1.1Melalui media masa
       1.2Melalui pihak keluarga
       1.3Melalui pihak Sekolah
       1.4Melalui pihak teman sepergaulan
2.Perkembangan penyebaran informasi
3.Informasi bagi masyarakat Indonesia
   3.1 Apa sudah sesuai dengan umur bagi penerima informasi
   3.2 apakah keuntungan informasi itu bagi masyarakat indonesia
   3.3 apakah kekurangan informasi tersebut bagi masyarakat indonesia



nama :gatot sugara
npm  :23211016
kelas :3eb19




tugas 5

Contoh Paragraf Generalisasi 1

Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar memperkirakan bahwa kekeringan di sejumlah daerah tidak akan mengganggu stok beras nasional. Bahkan, rencana impor 2007 akan diundur untuk 2008 karena produksi beras dalam negeri dalam beberapa bulan mendatang mencukupi kebutuhan nasional. Mustafa menjelaskan bahwa stok beras per Juli 2007 sebanyak 1,63 juta ton cukup untuk kebutuhan nasional selama 7 bulan. Rencana pengadaan 1,8 juta ton tahun ini sudah terpenuhi 1,53 juta ton dari pembelian beras petani. Impor beras 2008 diperkirakan hanya 1,3 juta ton, lebih sedikit 200.000 ton dari rencana impor tahun 2007. Dengan demikian, cadangan beras nasional masih dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dan tidak perlu dikhawatirkan sampai akhir 2007.

Contoh Paragraf Analogi 2:

Belajar dengan menggunakan buku dan kertas seperti pedang yang berkepala dua . Jika menggunakan kertas terlalu banyak dapat menyebabkan hutan gundul dan pemansan global terjadi. Tapi apabila tidak menggunakan kertas dapat menyebabkan orang tidak dapat belajar dengan baik apalagi yang memiliki tingkat ekonomi terbatas serba salah untuk mengambil keputusan seperti saat menggukan pedang berkepala dua yang bisa menyerang 2 arah yang berlawanan.

Contoh Paragraf Kausalitas (Sebab-Akibat):


Mulai tanggal 17 Januari 2002, harga berbagai jenis minyak bumi dalam negeri naik. Minyak tanah, premium, solar, dan lain-lain dinaikkan harganya. Hal ini karena Pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Karena harga bahan bakar naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan naik, harga barang-barang pasti akan ikut naik karena biaya tambahan untuk transportasi harus diperhitungkan. Naiknya harga barang-barang akan dirasakan berat oleh rakyat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan usaha menaikkan pendapatan masyarakat.

http://imjovanojonathans.blogspot.com/2013/06/contoh-paragraf-generalisasi-analogi.htmlhttp://imjovanojonathans.blogspot.com/2013/06/contoh-paragraf-generalisasi-analogi.htmlhttp://imjovanojonathans.blogspot.com/2013/06/contoh-paragraf-generalisasi-analogi.html

 

tulisan ke 20

5 alasan negara indonesia susah maju 
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia optimis bisa keluar dari jeratan negara berpendapatan menengah (middle income trap). Selama ini, istilah itu disematkan pada bangsa yang mencapai tahapan sejahtera, tapi akhirnya gagal naik kelas jadi negara maju.
Ukuran yang digunakan adalah Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Saat ini, PDB per kapita Indonesia berada di kisaran USD 3.592-4.810. Sesuai analisis Lembaga Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), negara ini sudah masuk kategori lower middle income. Sesuai teori, momen 42 tahun mendatang akan jadi tantangan pemerintah.
Jika sumber daya dikelola baik, seharusnya Indonesia dalam setengah abad sudah mencapai taraf negara maju. Kisah sukses itu dapat ditengok dari Korea Selatan. Negeri Ginseng mencapai posisinya sekarang sebagai raksasa ekonomi dalam waktu 15 tahun.
Dari simulasi OECD, Indonesia berpeluang naik kelas jadi negara berpendapatan tinggi pada 2042. Pada masa itu, pendapatan rata-rata penduduk seharusnya Rp 132 juta per tahun.
Pemerintah percaya diri membuktikan simulasi OECD. Ketika membuka seminar di Bali pertengahan bulan lalu, Menteri Keuangan Chatib Basri yakin, Indonesia bisa menghasilkan solusi atas persoalan middle income trap.
"Kita harus menekankan peran inovasi dan teknologi, untuk melahirkan keunggulan komparatif yang baik," kata Chatib.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa lebih optimis lagi. Dia mengklaim sudah menyiapkan tiga langkah, agar jebakan negara berpendapatan menengah bisa dihindari. Pertama habis-habisan membangun infrastruktur. Disusul menciptakan kemandirian pangan, dan terakhir, memberikan proteksi pada masyarakat miskin, misalnya, kredit usaha rakyat (KUR).
Dari uraiannya, Hatta mengaku menitikberatkan pada infrastruktur. "Infrastruktur adalah kunci dari pertumbuhan ekonomi yang hebat sehingga tidak terjebak ke dalam middle income trap," ujarnya.
Namun, optimisme pemerintah dikoreksi oleh Pusat Peneliti Ekonomi (P2E) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Dari hasil analisis ilmiah, pekerjaan rumah pemerintah menyediakan pondasi perekonomian masih bejibun.
Peneliti LIPI Latief Adam, bahkan lantang menyebut Indonesia sulit jadi negara maju. "Sulit keluar dari middle income trap. Kita sangat sulit beranjak jadi negara maju," ujarnya dalam seminar di Kantor Pusat LIPI, Jakarta, Senin (23/12).
Apa saja alasan peneliti LIPI tidak seoptimis pemerintah dalam menyongsong peluang jadi negara maju? Berikut rangkuman lima alasan utamanya oleh merdeka.com:

Analisa saya :menurut saya apabila kita inggin menjadi negara yang maju kita harus membiasaakan menggunakan produk asli indonesia.kalo bisa pemerintah memberikan cara - cara menghasilkan produk dengan biaya yang minimum tapi hasil nya bisa di maksimalkan lagi .contohnya seperti sapi kita masih impor harusnya kita menyetop saja impor tersebut agar budidaya sapi bisa berkembang pesat.
http://www.merdeka.com/uang/lima-penyebab-indonesia-sulit-jadi-negara-maju-versi-lipi.html

Tulisan ke 19

IMPOR NON MIGAS DARI JEPANG NAIK
 
Impor nonmigas dari Jepang mengacu kepada laporan Badan Pusat Statistik (BPS) terkini menunjukkan performa meningkat. Perkembangan ini ditunjukkan dengan adanya penguatan pada nilai impor nonmigas dari negara tersebut dimana nilai pada bulan Oktober dilaporkan dapat mencapai nilai sekitar 1673.9 juta Dollar AS (CIF).
Dilaporkan juga bahwa bulan sebelumnya impor nonmigas dari negara terkait hanya mencapai nilai 1515.9 juta Dollar AS . Dengan demikian kinerja impor nonmigas pada rentang Januari – Oktober mengalami kenaikan sebesar + 158 juta Dollar AS, atau sekitar + 10.42 %.
Data paling akhir dari Badan Pusat Statistik juga menunjukkan bahwa impor nonmigas dari awal tahun ini sampai bulan Oktober secara total mencapai angka 16028.8 juta Dollar AS. Nilai itu menunjukkan adanya penurunan sebesar -3303.1 juta Dollar AS atau sekitar -17.08 %, dimana pada periode yang sama tahun lalu hanya mencapai nilai 19331.9 juta Dollar AS.
Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa pada analisa kurs BI hari ini Yen Jepang terpantau bergerak menguat sekitar 0.68 % terhadap mata uang Rupiah pada perdagangan valas hari ini. Adapun data terkini kurs BI (jual) Yen Jepang dengan rate Bank Indonesia berada pada kisaran Rp. 117.04/JPY dan kurs BI (beli) sekitar Rp. 115.87/JPY.

Analisa saya :Menurut saya dengan meningkatnya impor negara indonesia dari jepang akan mempengaruhi pemasukan pajak yang meningkat walaupun hal ini menyebabkan kurs indonesia mengalami penurunan . 

http://vibiznews.com/2013/12/31/impor-nonmigas-dari-jepang-naik/

Tulisan ke 17



Penjualan rumah kelas menengah 2014 diprediksi lesu



Sindonews.com - Tahun ini dianggap sebagai tahun politik seiring digelarnya pemilihan umum (pemilu) legislatif dan presiden. Namun, kondisi ini juga berdampak pada sektor properti.

Khususnya pada penjualan perumahan tipe cluster atau rumah high middle class dengan kisaran harga Rp500 juta ke atas. "Tahun ini bisa disebut sebagai tahun politik. Dipastikan penjualan rumah menengah ke atas seperti Rp500 juta sampai Rp1 miliar menurun. Mungkin saja, konsumen mengalihkan dananya untuk dana politik," ujar Komisaris PT Griya Bukit Mas, Abdul Khaer, Rabu (1/1/2014).

Dia mengatakan, bisnis properti di Depok memang masih menjanjikan. Namun, untuk tahun politik banyak masyarakat akan berpikir ulang untuk mengambil rumah. Apalagi, bila mereka adalah calon anggota legislatif maupun donatur.

Menurutnya, hal yang sama juga berlaku bagi kepemilikan rumah kedua. "Kalau di perbankan, di akhir tahun itu lebih banyak mencari dana pihak ketiga dan jarang pembiayaan untuk properti. Nanti, di pekan kedua dan ketiga Januari biasanya pihak perbankan mulai ada kucuran dana di sektor properti," jelasnya.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Kota Depok, Mustofa Dwi Putranto mengatakan, setiap mendekati masa pemilu pergerakan properti ikut melambat. Terutama bagi perumahan tipe menengah ke atas.

"Memang benar, setiap memasuki tahun politik dalam bidang properti terkena dampaknya," ujar dia.

Mustofa mengungkapkan, pihak perbankan masih menunggu dampak atau gejolak ekonomi yang terjadi. Terlebih lagi, pengembang perumahan kelas menengah-atas yang sering berhubungan dengan perbankan.

"Perbankan juga masih wait and see di tahun politik ini. Mereka juga masih menunggu apakah ada gejolak ekonomi, seperti suku bunga dan lainnya," pungkasnya.

(izz)
Analisis : saya setuju dengan artikel di atas karena target pemasaran rumah ini adalah kalangan menegah keatas .Dan biasa nya kalangan terebut adalah bagian dari kalangan kalangan politik .Sehingga banyak dari mereka memilih menahan uang nya untuk jaga – jaga sebagai dana pembiayaan politiknya . 

http://ekbis.sindonews.com/read/2014/01/01/34/822618/penjualan-rumah-kelas-menengah-2014-diprediksi-lesu

tulisan ke 18



Pertamina naikkan harga elpiji 12 kg hari ini



Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan makin besar.

“Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina memberlakukan harga baru elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya, Rabu (1/1/2014).

Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan kerugian yang dicatatkan akibat timpangnya harga produksi dan harga jual.

Konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg tahun 2013 yang mencapai 977.000 ton, di sisi lain harga pokok perolehan elpiji rata-rata meningkat menjadi USD873 dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar menyebabkan kerugian Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp5,7 triliun.

Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji nonsubsidi 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan. Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober 2009, yaitu Rp5.850 per kg. Sedangkan harga pokok perolehan kini telah mencapai Rp10.785 per kg.

Dengan kondisi ini, maka Pertamina selama ini telah "jual rugi" dan menanggung selisihnya, sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp22 triliun dalam enam tahun terakhir. 

“Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada masyarakat," tutur Ali.

Ali menjelaskan, untuk besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point). Bahkan dengan kenaikan ini, dia menuturkan, Pertamina masih "jual rugi" kepada konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar Rp2.100 per kg.

Keputusan ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam laporan hasil pemeriksaan pada bulan Februari 2013, di mana Pertamina menanggung kerugian atas bisnis elpiji nonsubsidi selama tahun 2011 hingga Oktober 2012 sebesar Rp7,73 triliun, yang dapat dianggap menyebabkan kerugian negara.

Selain itu, sesuai dengan Permen ESDM No. 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas pasal 25, maka Pertamina telah melaporkan kebijakan perubahan harga ini kepada Menteri ESDM.

Dengan pola konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg di masyarakat yang umumnya dapat digunakan untuk 1-1,5 bulan, kenaikan harga tersebut akan memberikan dampak tambahan pengeluaran sampai Rp47.000 per bulan atau Rp.1.566 per hari.

Kondisi ini diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat mengingat konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg adalah kalangan mampu. Untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro, pemerintah telah menyediakan elpiji 3 kg bersubsidi dengan harga lebih murah.

Terkait kekhawatiran kenaikan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg akan memicu migrasi konsumen ke elpiji 3 kg,  Ali mengatakan bahwa Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg (SIMOL3K), yang diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai bulan Desember 2013.

Dengan adanya sistem ini, Pertamina akan dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga level pangkalan berdasarkan alokasi daerahnya.

“Namun demikian, dukungan pemerintah tetap diharapkan melalui penerapan sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg serta penerbitan ketentuan yang membatasi jenis konsumen yang berhak untuk menggunakan elpiji 3 kg,” ujar Ali.

(rna)
Menurut saya :saya setuju dengan meningkatnya harga gas ukuran 12kg .soalnya apabila kerugian ini terus di pilih maka akan mengurangi anggaran pemerintah yang ada.Hal ini berimbas kepada kemampuan membayar hutang negara ke negara negara lain .Tapi pemerintah pun harus menemukan alternatif  yang dapat di pilih masyarakat apabila mereka tidak dapat membeli gas .

tulisan ke 18



Pertamina naikkan harga elpiji 12 kg hari ini



Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan makin besar.

“Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina memberlakukan harga baru elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya, Rabu (1/1/2014).

Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan kerugian yang dicatatkan akibat timpangnya harga produksi dan harga jual.

Konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg tahun 2013 yang mencapai 977.000 ton, di sisi lain harga pokok perolehan elpiji rata-rata meningkat menjadi USD873 dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar menyebabkan kerugian Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp5,7 triliun.

Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji nonsubsidi 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan. Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober 2009, yaitu Rp5.850 per kg. Sedangkan harga pokok perolehan kini telah mencapai Rp10.785 per kg.

Dengan kondisi ini, maka Pertamina selama ini telah "jual rugi" dan menanggung selisihnya, sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp22 triliun dalam enam tahun terakhir. 

“Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada masyarakat," tutur Ali.

Ali menjelaskan, untuk besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point). Bahkan dengan kenaikan ini, dia menuturkan, Pertamina masih "jual rugi" kepada konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar Rp2.100 per kg.

Keputusan ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam laporan hasil pemeriksaan pada bulan Februari 2013, di mana Pertamina menanggung kerugian atas bisnis elpiji nonsubsidi selama tahun 2011 hingga Oktober 2012 sebesar Rp7,73 triliun, yang dapat dianggap menyebabkan kerugian negara.

Selain itu, sesuai dengan Permen ESDM No. 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas pasal 25, maka Pertamina telah melaporkan kebijakan perubahan harga ini kepada Menteri ESDM.

Dengan pola konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg di masyarakat yang umumnya dapat digunakan untuk 1-1,5 bulan, kenaikan harga tersebut akan memberikan dampak tambahan pengeluaran sampai Rp47.000 per bulan atau Rp.1.566 per hari.

Kondisi ini diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat mengingat konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg adalah kalangan mampu. Untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro, pemerintah telah menyediakan elpiji 3 kg bersubsidi dengan harga lebih murah.

Terkait kekhawatiran kenaikan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg akan memicu migrasi konsumen ke elpiji 3 kg,  Ali mengatakan bahwa Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg (SIMOL3K), yang diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai bulan Desember 2013.

Dengan adanya sistem ini, Pertamina akan dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga level pangkalan berdasarkan alokasi daerahnya.

“Namun demikian, dukungan pemerintah tetap diharapkan melalui penerapan sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg serta penerbitan ketentuan yang membatasi jenis konsumen yang berhak untuk menggunakan elpiji 3 kg,” ujar Ali.

(rna)
Menurut saya :saya setuju dengan meningkatnya harga gas ukuran 12kg .soalnya apabila kerugian ini terus di pilih maka akan mengurangi anggaran pemerintah yang ada.Hal ini berimbas kepada kemampuan membayar hutang negara ke negara negara lain .Tapi pemerintah pun harus menemukan alternatif  yang dapat di pilih masyarakat apabila mereka tidak dapat membeli gas .

tulisan ke 18



Pertamina naikkan harga elpiji 12 kg hari ini



Sindonews.com - PT Pertamina (Persero) memutuskan untuk menaikkan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kilogram (kg) menyusul tingginya harga pokok elpiji di pasar dan turunnya nilai tukar rupiah yang menyebabkan kerugian perusahaan makin besar.

“Terhitung mulai tanggal 1 Januari 2014 pukul 00.00, Pertamina memberlakukan harga baru elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg secara serentak di seluruh Indonesia dengan rata-rata kenaikan di tingkat konsumen sebesar Rp3.959 per kg," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir dalam rilisnya, Rabu (1/1/2014).

Langkah ini diambil setelah mempertimbangkan kerugian yang dicatatkan akibat timpangnya harga produksi dan harga jual.

Konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg tahun 2013 yang mencapai 977.000 ton, di sisi lain harga pokok perolehan elpiji rata-rata meningkat menjadi USD873 dan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar menyebabkan kerugian Pertamina sepanjang tahun ini diperkirakan mencapai lebih dari Rp5,7 triliun.

Kerugian tersebut timbul sebagai akibat dari harga jual elpiji nonsubsidi 12 kg yang masih jauh di bawah harga pokok perolehan. Harga yang berlaku saat ini merupakan harga yang ditetapkan pada Oktober 2009, yaitu Rp5.850 per kg. Sedangkan harga pokok perolehan kini telah mencapai Rp10.785 per kg.

Dengan kondisi ini, maka Pertamina selama ini telah "jual rugi" dan menanggung selisihnya, sehingga akumulasi nilai kerugian mencapai Rp22 triliun dalam enam tahun terakhir. 

“Kondisi ini tentunya tidak sehat secara korporasi karena tidak mendukung Pertamina dalam menjamin keberlangsungan pasokan elpiji kepada masyarakat," tutur Ali.

Ali menjelaskan, untuk besaran kenaikan di tingkat konsumen akan bervariasi berdasarkan jarak SPBBE ke titik serah (supply point). Bahkan dengan kenaikan ini, dia menuturkan, Pertamina masih "jual rugi" kepada konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg sebesar Rp2.100 per kg.

Keputusan ini merupakan tindak lanjut atas rekomendasi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dalam laporan hasil pemeriksaan pada bulan Februari 2013, di mana Pertamina menanggung kerugian atas bisnis elpiji nonsubsidi selama tahun 2011 hingga Oktober 2012 sebesar Rp7,73 triliun, yang dapat dianggap menyebabkan kerugian negara.

Selain itu, sesuai dengan Permen ESDM No. 26 Tahun 2009 tentang Penyediaan dan Pendistribusian Liquefied Petroleum Gas pasal 25, maka Pertamina telah melaporkan kebijakan perubahan harga ini kepada Menteri ESDM.

Dengan pola konsumsi elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg di masyarakat yang umumnya dapat digunakan untuk 1-1,5 bulan, kenaikan harga tersebut akan memberikan dampak tambahan pengeluaran sampai Rp47.000 per bulan atau Rp.1.566 per hari.

Kondisi ini diyakini tidak akan banyak berpengaruh pada daya beli masyarakat mengingat konsumen elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg adalah kalangan mampu. Untuk masyarakat konsumen ekonomi lemah dan usaha mikro, pemerintah telah menyediakan elpiji 3 kg bersubsidi dengan harga lebih murah.

Terkait kekhawatiran kenaikan harga elpiji nonsubsidi kemasan 12 kg akan memicu migrasi konsumen ke elpiji 3 kg,  Ali mengatakan bahwa Pertamina saat ini telah mengembangkan sistem monitoring penyaluran elpiji 3 kg (SIMOL3K), yang diimplementasikan secara bertahap di seluruh Indonesia mulai bulan Desember 2013.

Dengan adanya sistem ini, Pertamina akan dapat memonitor penyaluran elpiji 3 kg hingga level pangkalan berdasarkan alokasi daerahnya.

“Namun demikian, dukungan pemerintah tetap diharapkan melalui penerapan sistem distribusi tertutup elpiji 3 kg serta penerbitan ketentuan yang membatasi jenis konsumen yang berhak untuk menggunakan elpiji 3 kg,” ujar Ali.

(rna)
Menurut saya :saya setuju dengan meningkatnya harga gas ukuran 12kg .soalnya apabila kerugian ini terus di pilih maka akan mengurangi anggaran pemerintah yang ada.Hal ini berimbas kepada kemampuan membayar hutang negara ke negara negara lain .Tapi pemerintah pun harus menemukan alternatif  yang dapat di pilih masyarakat apabila mereka tidak dapat membeli gas .