Minggu, 29 April 2012

INFLASI DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA


TULISAN 3
PEREKONOMIAN INDONESIA

INFLASI DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA


logo_gunadarma.jpg

Disusun oleh:

KELOMPOK 9


Antonius Atmadinata                     20211988
Gatot Sugara                                   23211016
Ilma syahida arofi                           23211509
Ratu Anggun Pertiwi                      25211908

Kelas 1EB25



FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA

INFLASI DAN PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Kata Pengantar

Puji syukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, yang telah  Melimpahkan rahmat dan karunia-nya sehingga dapat  menyelesaikan Tulisan Inflasi dan Perekonomian di Indonesia ini.

Tulisan ini Berisi tentang Masalah inflasi dan Dampaknya terhadap Perekonomian Indonesia.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, bahwa Tulisan ini mungkin masih jauh dari sempurna untuk itu, diharapkan kritik dan sarana dari para pembaca sehingga  dalam penyusunan makalah-makalah berikutnya dapat lebih baik

 

 

Bekasi, 20 April 2012  

 

Penulis

 



BAB 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

            Inflasi yang makin meningkat di negara Indonesia ini bukan merupakan hal yang biasa lagi , namun sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia. Karena dari tahun ke tahun bangsa Indonesia selalu mengalami peningkatan. Hal ini menimbulkan keterpurukan ekonomi di Indonesia. Maka dari itu pemerintah harus segera menangani dengan serius masalah ini sebelum inflasi di negeri kita melebihi batas.

                       

1.2 Tujuan

Memenuhi Tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dan agar para pembaca dapat mengetahui pengertian inflasi, macam-macamnya, penyebabnya serta dampaknya bagi Perekonomian di Indonesia.

 

 

 

 

 

 

           

 

 

BAB II

Pembahasan

2.1 Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, berkaitan dengan mekanisme pasar  yang disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat atau adanya ketidak lancaran distribusi barang.

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-mempengaruhi.

 Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang sering kali dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.

 

2.2 Macam-macam Inflasi

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu :

1.      Inflasi ringan, terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;

2.      Inflasi sedang, Inflasi ringan inflasi sedang antara 10%—30% setahun;

3.      Inflasi berat, berat antara 30%—100% setahun;

4.      Inflasi hiperinflasi  atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

 

2.3 Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan (demand pull inflation) dan desakan biaya produksi (cosh pull infantion).

1.      Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ''full employment''.

2.      Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal,yaitu kenaikan harga,misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji,misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.

 

2.4 Dampak Inflasi

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi.

 Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi, karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima (pendapatan tetap) seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunannya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunannya tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti pengusaha, tidak akan dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk mengembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

 

2.5 Peran Bank Sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral di suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah.

Hal itu disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independent. Salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian yang akan berakibat mendorong tingkat inflasi makin tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang yang beredar dan tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola ''inflation targeting'' banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk Bank Indonesia.


Inflasi di Indonesia

 

Bulan dan tahun

Tingkat inflasi

Juli 2009

2.71 %

Juni 2009

3.65 %

Mei 2009

6.04 %

April 2009

7.31 %

Maret 2009

7.92 %

Februari 2009

8.60 %

Januari 2009

9.17 %

Desember 2008

11.06 %

November 2008

11.68 %

Oktober 2008

11.77 %

September 2008

12.14 %

Agustus 2008

11.85 %

Juli 2008

11.90 %

Data inflasi dari Inflasi CPI – Bank Sentral Republik Indonesia

Inflasi di Indonesia diumpamakan seperti penyakit endemis dan berakar di sejarah. Tingkat inflasi di Malaysia dan Thailand senantiasa lebih rendah. Tetapi, Inflasi di Indonesia tinggi sekali di zaman Presiden Soekarno, karena kebijakan fiskal dan moneter sama sekali tidak berhati-hati. Maksudnya, kalau ingin mencetak uang cetak saja tanpa memperhatikan dampaknya.

Di zaman Soeharto, pemerintah berusaha menekan inflasi - akan tetapi tidak bisa di bawah 10 persen setahun rata-rata, hal ini dikarenakan Bank Indonesia masih mempunyai misi ganda, antara lain sebagai agent of development, yang bisa mengucurkan kredit likuiditas tanpa batas.

Baru di zaman revormasi, di zaman Presiden Habibie maka fungsi Bank Indonesia berprioritas untuk mengutamakan penjagaan nilai mata uang rupiah. Tetapi, karena sejarah dan karena inflationary expectations masyarakat yang bertolak ke belakang, artinya bercermin kepada sejarah maka “inflasi inti” masih  saja lebih besar daripada 5 persen setahun.

2.6            Perekonomian Indonesia

 

Bulan dan Tahun

Pertumbuhan ekonomi

Maret 2006

15.74 %

Juni 2006

15.53 %

September 2006

14.55 %

Desember 2006

6.60 %

Data pertumbuhan ekonomi dari Inflasi CPI – Bank Sentral Republik Indonesia

Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar pada level 4,7%, sangat rendah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 7,8%.

 Kondisi keamanan yang belum condusif-pun akan sangat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Mungkin hal itulah yang terus diperhatikan oleh pemerintah. Karena hal ini berhubungan dengan aktivitas kegiatan ekonomi yang berdampak pada penerimaan negara serta pertumbuhan ekonomi.

 Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diharapkan akan menjanjikan harapan bagi perbaikan kondisi ekonomi dimasa mendatang. Bagi Indonesia, dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi maka harapan meningkatnya pendapatan nasional (GNP), pendapatan persaingan kapital akan semakin meningkat, tingkat inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat wajar dan semakin bergairahnya modal bagi dalam negeri maupun luar negeri.

Semua itu bisa terwujud apabila kondisi keamanan dalam negeri benar-benar telah kondusif. Seperti, kebijakan pemerintah dalam pemberantasan terorisme, dan pemberantasan korupsi sangat turut membantu bagi pemulihan perekonomian. Pertumbuhan ekonomi  merupakan salah satu indikator makro ekonomi yang menggambarkan kinerja perekonomian suatu negara. Maka dari itu, pertumbuhan ekonomi mempunyai prioritas utama bila ingin menunjukkan kepada pihak lain bahwa aktivitas ekonomi sedang berlangsung dengan baik pada negaranya.

2.7. Prospek Inflasi dan Suku Bunga Indonesia Tahun Depan

Perekonomian Indonesia dapat dibilang merupakan salah satu yang terbaik dalam menghadapi krisis ekonomi global yang bermula dari krisis subprime di AS saat ini. Ekonomi Indonesia bahkan menjadi tiga besar yang akan membukukan pertumbuhan ekonomi terbaik pada tahun 2009 dan 2010 mendatang, hanya kalah dari China dan India. Kondisi ekonomi yang solid ini memberikan pertanyaan bagi kebijakan Bank Indonesia ke depan, terutama berkaitan dengan suku bunga acuan BI rate.

Prediksi kebijakan suku bunga ke depan kita tidak dapat lepas dengan pengaruh inflasi. Suku bunga merupakan salah satu instrument yang dapat digunakan untuk mengatur laju inflasi. Pada saat inflasi mengalami percepatan, suku bunga akan dinaikkan untuk meredam hal tersebut. Kondisi ini tentunya juga berlaku sebaliknya. Jika inflasi dianggap aman dan terkendali, suku bunga dapat diturunkan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Saat ini suku bunga di Indonesia, yang tercermin dalam BI rate, berada pada tingkat yang paling rendah sepanjang sejarah, yaitu pada level 6.5%. Sejak bulan Januari 2009 BI telah memangkas BI rate sebesar 225 bps, pemangkasan ini dapat dikatakan cukup agresif. Keputusan BI untuk memangkas BI rate berkaitan erat dengan kondisi ekonomi global. Langkah BI merupakan hal yang wajar di mana di seluruh dunia juga dilakukan pemangkasan suku bunga. Kondisi ini merupakan hal yang dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

(Riwayat BI rate pada tahun 2009 ini dapat diamati pada grafik di bawah)

Di samping kebutuhan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Keputusan BI untuk meningkatkan BI rate berkaitan dengan melambatnya inflasi yang dialami Indonesia. Tentunya BI tidak akan menerapkan kebijakan penurunan bunga yang agresif jika inflasi Indonesia mengalami laju yang cepat. (Riwayat inflasi bulanan di tahun 2009 dapat diamati pada grafik di bawah, sumber Bank Indonesia).

2.8 Prediksi Inflasi dan Suku Bunga BI Rate di Tahun 2010.

Pada tahun 2010 mendatang diperkirakan tingkat inflasi di Indonesia akan mulai mengalami peningkatan. Tingkat inflasi Indonesia selalu berada di atas negara-negara lain. Malaysia 5%, Filipina 6%, Thailand 1% sementara secara historis, inflasi Indonesia rata-rata mencapai 8-9%. Ke depan, inflasi Indonesia di akhir 2010 akan mencapai 6.3%, tekanan inflasi tersebut meningkat khususnya pada komponen adminestered price, yaitu dilihat dari faktor primer seperti naiknya Tarif Dasar Listrik (TDL) hingga 20-25persen untuk industri dan sektor tertentu. Selain listrik, Gas Elpiji juga akan kembali mengalami kenaikan di 2010.

Tekanan lain berasal dari faktor eksternal, yaitu berupa potensi kenaikan harga komoditas global yang didorong oleh perbaikan permintaan global dan pelemahan nilai mata uang dolar AS.
Selain itu, secara historis apabila harga keekonomisan BBM mencapai 100 persen diatas harga BBM subsidi maka pemerintah akan melakukan penyesuaian BBM domestik. Naiknya harga BBM juga meningkatkan inflasi di 2010. Meningkatnya harga minyak secara berkelanjutan, menyebabkan rata-rata harga minyak berada di atas asumsi pemerintah 65 dolar AS per barel. Diperkirakan pada tahun 2010 mendatang rata-rata harga minyak dunia akan berada di 74 - 75 dolar AS per barelnya.

Hal itu akan mengakibatkan peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI-Rate) kembali mengalami kenaikan pada kuartal II-2010. Bahkan diproyeksikan, nantinya BI Rate akan mencapai 7.25%. Di kuartal II-2010 inilah diperkirakan harga komoditas dunia akan mulai mengalami kenaikan.

Untuk mengatasi hal itu solusi yang terbaik yaitu dengan menggenjot ekspor dan investasi bangsa Indonesia. Di samping itu, konsumsi masyarakat yang selama ini menjadi faktor pendorong bagi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2009, juga akan tetap dijaga tahun depan.

Sekarang kan inflasi kita terbaik sepanjang krisis. Dengan kondisi konsumsi masyarakat terjaga dan sektor yang terus meningkat. Dan itu akan kita jaga tahun depan.

 



BAB 3

Penutup

3.1 Kesimpulan

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga secara umum. Inflasi dapat disebabkan oleh 2 hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan produksi. Inflasi dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu

a.       ringan(<10%),

b.      sedang(10%-30%),

c.       berat(30%-100%) dan

d.      hyper(>100%).

            Inflasi memiliki dampak positif dan negative. Apabila inflasi itu ringan, maka inflasi akan berdampak positif. Misalnya, meningkatnya pendapatan nasional akan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan berinvestasi. Sedangkan apabila inflasi itu hyper akan berdampak negative. Yang akhirnya membuat perekonomian menjadi kacau dan membuat orang menjadi malas bekerja, menabung dan berinvestasi.

            Bank sentral merupakan bank utama yang berkepentingan untuk mengendalikan laju inflasi. Bank sentral memiliki kewenangan independent dalam mengatasi inflasi. Hal ini dikarenakan kebijakan yang dilakukan pemerintah malah akan mendorong laju inflasi makin tinggi.

            Inflasi di Indonesia sudah terjadi di awal pemerintahan, yaitu di masa pemerintahan Soekarno. Hal itu dikarenakan pemerintah kurang berhati-hati dalam melakukan kebijakan fiscal dan moneter. Dan itu lah awal yang buruk yg dampaknya di derita bangsa Indonesia dari tahun ke tahun. Pada masa Soeharto penekanan inflasi tidak seperti yang diharapkan yaitu berkisar di bawah 10% setahun. Baru dizaman revormasi di zaman pemerintahan Habibie penekanan inflasi sudah mencapai di atas 5%.

            Tanda-tanda perekonomian mengalami penurunan sejak tahun 1997, dan pada masa itulah awal terjadinya krisis. Namun di tahun 2009 perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan pesat hingga menjadi 3 besar dalam pertumbuhan ekonomi terbaik di dunia.

            Dalam prediksi, inflasi pada tahun 2010 diperkirakan mengalami peningkatan. Hal ini perlu di tindak lanjuti, karena dari tahun ke tahun inflasi di Indonesia selalu berada di atas Negara-negara lain. Tekanan inflasi ini dikarenakan 2 faktor, yaitu factor primer dan eksternal. Pertama dari Factor primer yaitu naiknya tarif dasar listrik dan gas elpiji. Sedangkan factor eksternalnya adalah kenaikan harga komoditas global dan pelemahan nilai mata uang dolar.

            Untuk mengatasi keadaan itu pemerintah pun turun tangan untuk memberikan solusinya. Yaitu dengan menggenjot ekspor dn investasi bangsa Indonesia. Disamping itu pemerintah juga akan menjaga pertumbuhan konsumsi masyarakat agar terjaga dengan baik.

 

3.2 Saran

            Jalankan solusi yang telah direncanakan agar Indonesia dapat keluar dari bahaya inflasi di tahun 2012 ini.

 

 

 

 

3.3 Daftar pustaka

Masram dandosti,”krisis ekonomi global”http://okezone.com

“mengatasi inflasi”http//okezone.com

Sri mulyani”inflasi bakal meningkat dari tahun ini”,kompas.com

Indef fadhi hasan”optimalisasi  dalam mengatasi inflasi”Koran Sindo

Hatta rajasa”wajar inflasi naik tahun depan”,kompas.com

Vibinews”prospek inflasi dan suku bunga tahun depan”

Pengantar ekonomi”arti inflasi dan macam-macam inflasi”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar